Seni angguk merupakan tarian khas Kulon Progo, daerah aistimewa Yogyakarta. Menurut Sal Murgiyanto (1983), kesenian angguk adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak dan ritmis.
Menurut Soedarsono (2003), penelitian tari angguk dibagi atas 3 pembabakan zaman. Kesenian angguk memiliki jumlah aktifitas dan pemain yang cukup berpengalaman: 1 bedug, 1 bowo, and 13 wiyaga.
1. Suara
The purpose of this study is to mendeskripsikan fungsi kesenian angguk pada masyarakat Jawa di Dalu X B Kecamatan Tanjung Morawa. It is done by a qualitative approach involving observation, interview and analysis.
Kesenian angguk telah mulai muncul sejak tahun 1900 dalam daerah yang berbatasan dengan Purworejo, Jawa Tengah. Di awal kemunculannya, ketua tersebut adalah penari laki-laki. Pada tahun 1990, kerugian tersebut mulai disebabkan oleh gemblak remaja perempuan. Eventually, kesenian angguk adalah obat terusan dan juga dapat dimainkan oleh penari wanita.
2. Gerakan
The movement of kesenian angguk is inspired by a dance from Kulonprogo district, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. It is also influenced by the music ceria.
The ketua of the dance is a group of 16 penari angguk, 2 orang jador (who perform rituals), 1 orang bedug, 1 orang kendang, 3 orang jaipong, 4 rebana, dan 1 orang kencrek. This group synchronizes and creates the dance with the music.
Angguk Kesenian juga digunakan dalam berbagai acara, seperti pengamplasan, melawan penjaja, dan adab ayat-ayat. Selain itu sering dimainkan untuk membangkitkan rasa bangga dan kebangsaan. Hal ini juga membantu dalam meningkatkan kualitas hidup, dan meningkatkan tingkat integrasi sosial.
3. Irama
Irama kesenian angguk merupakan elemen kunci dalam pertunjukan. Digunakan untuk menyinkronkan gerakan peserta dan mengatur tempo musik.
Hal ini juga digunakan untuk menciptakan rasa kegembiraan dan urgensi bagi penonton. Hal ini dicapai melalui penggunaan berbagai alat musik, antara lain rebana (besar, sedang, dan kecil), jidor, kecer, saron, dan kaos kaki.
Angguk kesenian merupakan salah satu tradisi budaya yang ada di kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Ini adalah bagian penting dari identitas daerah dan telah berkontribusi terhadap pengembangan dan pelestariannya. Ini juga merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat lokal dan pengunjung.
4. Musik
Musik merupakan bagian penting dalam kesenian angguk dan dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, ide atau emosi. Ini juga dapat membantu mengatur suasana hati dan nada pertunjukan.
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang struktur dan estetika angguk kesenian yang dibawakan oleh perempuan warga Desa Sri Lestari Kabupaten Kulon Progo dan Dolalak Purworejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angguk kesenian telah menjadi media ekspresi keyakinan beragama.
Angguk kesenian biasanya diiringi oleh sekelompok penabuh. Hal ini membantu mentransformasikan Angguk dari alat musik menjadi sebuah seni pertunjukan. Selain itu, juga memungkinkan para pengisi acara berinteraksi dengan penonton.
5. Gaya
Keselamatan kesenian angguk adalah sebuah kemampuan untuk mengembangkan karakter dan perilaku masyarakat.
Kesenian angguk dikenal oleh generasi muda, penulis berharap supaya mereka dapat mendukung nilai-nilai kesenian tersebut, sebagai bentuk pemembangan kebangkrutan tersebut.
Gaya angguk kesenian merupakan perpaduan antara akrobatik, tari, pencak silat, dan senam. Seringkali diiringi dengan instrumen perkusi dan musik pengiring akustik.
Berbagai bentuk angguk kesenian dapat ditemukan di seluruh wilayah, antara lain kebangkrutan keresah, tari ular piton, dan sarung ojek. Meskipun setiap gaya sedikit berbeda, semuanya menampilkan gerakan yang mengalir dan kostum yang rumit. Mereka juga cenderung memiliki nuansa gelap dan dramatis. Hal ini merupakan cerminan dari sifat mistik kesenian Angguk.
6. Kinerja
Kesenian angguk Kulon Progo adalah kesenian seniman tari lokal yang dimainkan oleh perwakilan kota/kabupaten se-DIY. Sesi tersebut adalah pertemuan tim tarian kesenian Jogja Njoged 2023, yang diadakan di kawasan terdekat Kulon Progo, sebuah kota dan kabupaten yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah.
Kesenian Angguk mengulangi karakteristik tradisional, jathilan dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk melestarikan kesenian angguk dan membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, juga mengajarkan masyarakat untuk bersikap nasionalis dan taat beragama. Gerakannya berkaitan dengan thoriqoh, yaitu tradisi menggeleng atau menganggukkan kepala sambil membaca lafal laa ilaha illa Allah. Ini adalah cara meningkatkan konsentrasi saat membaca doa.